Minggu, 23 Oktober 2011

menagapa perusahaan membuat segmentasi pasar

Suatu pasar terdiri dari begitu banyak konsumen – dan konsumen tersebut begitu beragam dan berbeda-beda dalam banyak hal. Mereka mempunyai perbedaan dalam hal kebutuhan, daya beli, lokasi geografis, kebiasaan membeli dan karakteristik pembelian. Semua hal/variabel tersebut dapat digunakan untuk men-segmentasi pasar.

Setiap manajer pemasaran sudah seharusnya memahami segmentasi pasar. Dirumuskan oleh Wendell Smith pada tahun 1956 dalam artikel terkenalnya yang berjudul “Product Differentiation and Market Segmentation as Alternative Marketing Strategies”, segmentasi telah menjadi bagian utama dari strategi marketing mana pun yang harus diperhatikan, supaya manajer pemasaran bisa membuat keputusan berkenaan dengan pasar yang dimaksud.

Segmentasi atau membagi pasar menjadi beberapa segmen adalah dasar atau fondasi dari kinerja bisnis yang superior. Penting sekali untuk mengerti apa saja kebutuhan dan keinginan konsumen supaya kita mampu merancang strategi pemasaran yang efektif. Setiap perusahaan kini dituntut untuk dapat semakin mengerti kebutuhan konsumen serta menciptakan produk yang dapat memuaskan kebutuhan mereka karena kebutuhan menjadi semakin berbeda/unik dan juga karena faktor teknologi yang semakin maju.

Perusahaan-perusahaan kini tanggap terhadap peluang-peluang bisnis yang ada untuk menciptakan value yang unik untuk konsumen dengan meluncurkan produk-produk mulai dari telepon yang dirancang khusus untuk para pebisnis sampai kartu ucapan dan perangko yang juga dirancang khusus untuk konsumen tertentu.

Konsumen itu berbeda-beda tergantung dari bagaimana mereka menggunakan produk, kebutuhan, kesukaan dan pola konsumsinya. Semua perbedaan ini lah yang menciptakan segmen-segmen pasar. Segmentasi pasar adalah proses untuk mengenali dan menganalisa kelompok-kelompok konsumen yang mempunyai karakteristik yang mirip/sama (misalnya seberapa sering mereka membeli produk). Kita harus bisa mengenali dengan lebih baik dan cepat perbedaan-perbedaan yang ada di antara segmen-segmen pasar dan bagaimana perbedaan tersebut terus berubah, supaya bisa menjadi selalu yang terdepan dalam kompetisi.

Bentuk yang paling spesifik dari segmentasi adalah dengan menganggap setiap konsumen/pembeli sebagai suatu segmen. Ini adalah dasar dari pemasaran one-to-one. Segmentasi yang sangat spesifik semacam ini bisa dilakukan untuk berbagai produk dan jasa yang terus berkembang karena adanya teknik untuk menyesuaikan produk dan jasa tersebut secara masal. Ini adalah pendekatan baru yang sangat bagus untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan unik dari para konsumen.

Produk-produk yang didesain secara khusus mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan harga yang sebanding dengan produk-produk yang diproduksi masal lainnya. Penggunaan sistem Customer Relationship Management (CRM) yang semakin meningkat mampu mengintegrasikan semua informasi tentang setiap konsumen ke dalam satu lokasi, sehingga menghasilkan peluang-peluang baru untuk mempelajari kebutuhan konsumen dari karakter dan perilaku belanja mereka yang sebenarnya.

Jika teknologi informasi dan efisiensi produksi digabungkan, maka kita bisa menciptakan produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan harga yang kompetitif bila dibandingkan dengan produk-produk massal lainnya. Sebagai contoh, kita bisa lihat seorang wanita yang masuk ke toko jeans Levis yang orisinil di New York, diukur badannya oleh seorang tenaga penjual di sana, lalu mencoba beberapa pasang celana jeans yang dipilih oleh sebuah komputer dari 400 pasang celana jeans yang ada supaya cocok dengan ukuran dan kesukaan dari wanita tadi. Jika ada satu celana yang tidak pas, informasi tersebut dimasukkan kembali ke komputer untuk mempersempit pilihan dan mempermudah proses pencarian selanjutnya.

Akhirnya pelanggan bisa menentukan pilihannya dengan harga hanya 10 dolar lebih tinggi dari celana jeans yang diproduksi massal lainnya. Karena diperlukan biaya yang tinggi untuk dapat menyediakan seluruh stok jeans dari ke-400 macam tersebut di setiap toko yang ada, maka celana jeans si pembeli itu dikirim ke toko dimana ia berbelanja atau ke lokasi si pembeli dari pusat distribusi.

Sebuah produsen sepeda Jepang, Panasonic, adalah pelopor dari sepeda yang bisa diukur untuk disesuaikan dengan konsumen sebelum diproduksi dan diantar ke toko, seperti halnya sebuah pakaian.

Contoh lain adalah dari IBM, salah satu raksasa produsen komputer. Pada awal tahun 1990-an, pada waktu era berkembangnya personal computer, IBM mengalami pertumbuhan penjualan dan profit yang lambat. Dulunya, IBM membagi produk-produknya ke dalam kelompok-kelompok dan mengelola divisi-divisi penjualannya yang dibagi-bagi secara geografis.

Perusahaan lalu direstrukturisasi di tahun 1991 dan mulai menerapkan pendekatan dan strategi segmentasi baru. IBM tidak menggunakan lagi sistem penjualan yang dibagi-bagi ke beberapa daerah dan menganggapnya sebagai segmen pasar karena cara tersebut dianggap tidak bisa mengelompokkan konsumen berdasarkan kebutuhannya sehingga mereka mengalami kesulitan untuk menyasar pasar dengan tepat.

Usaha dan strategi pemasaran untuk menggairahkan pasar dan meningkatkan market demand menjadi tanggung jawab dari Industry Solution Units (ISUs), yang dibentuk dan fokus untuk menyasar sektor-sektor seperti perbankan, asuransi, ritel dan pemerintah. Walaupun menghadapi penolakan dari dalam dan memerlukan biaya yang cukup besar untuk melakukan restrukturisasi, ISU di IBM mampu mendongkrak revenue perusahaan dengan mempersempit fokus pasar dan membuat target penjualan dan positioning yang lebih jelas. Budaya IBM berubah yang dulunya menggunakan sistem penjualan berdasarkan daerah menjadi mengacu berdasarkan segmen-segmen pelanggan. Profit kembali meningkat dan berhasil membawa IBM menjadi salah satu perusahaan terbesar di Amerika Serikat.

Konsep Segmentasi muncul karena pada dasarnya konsumen itu berbeda-beda. Walaupun mudah untuk mengelompokkan dan mengukur mereka berdasarkan kategori umur, penghasilan, pendidikan, latar belakang budaya, ras, serta agama, tetapi tidak selalu mudah untuk mengelompokkan atau mengukur perbedaan konsumen berdasarkan kebutuhan, kepribadian, motif dan persepsi/cara pandang.

Alasan lain mengapa segmentasi dibutuhkan adalah karena perbedaan konsumen tersebut ternyata menyebabkan adanya perbedaan pada kebutuhan pasar/market demand.

Kesuksesan sebuah strategi pemasaran tidak bisa lepas dari cara memahami dan mendalami pasar yang kita sasar. Ada produk yang mencoba menembak satu jenis pasar yang homogen, tetapi ada produk yang menembak beberapa jenis pasar. Kenyataannya memang tidak semua elemen dalam marketing mix dapat memenuhi setiap jenis pasar.

Oleh karena itu sangatlah penting bagi perusahaan untuk memilah-milah terlebih dahulu pasar mereka sebelum menjalankan strategi pemasaran. Dengan mengidentifikasi, mengevaluasi dan akhirnya memilih target pasar tertentu, perusahaan dapat menjalankan strategi pemasaran dengan lebih efisien dan efektif.

Segmentasi didefinisikan secara sederhana sebagai proses membagi sebuah pasar menjadi kelompok-kelompok lebih kecil, dimana setiap kelompoknya memiliki sifat-sifat yang relatif seragam (homogen). Istilah segmentasi biasanya langsung dikaitkan dengan istilah targeting, yakni upaya untuk memilih segmen-segmen spesifik yang paling berpotensi untuk membeli produk kita.

Salah satu cerita legendaris yang terkait dengan segmentasi adalah bagaimana Henry Ford membuat sebuah mobil yang disebut sebagai model T. Henry Ford dengan sombongnya memproduksi semua model T dengan warna hitam. “the car is car as long it is black”, katanya. Sebaliknya Alfred Sloan dari General Motors mencoba membangun model yang spesifik untuk setiap kelompok konsumen. Hasil akhirnya, strategi yang dilakukan oleh General Motors membuat perusahaan ini menggantikan Ford sebagai pemimpin pasar otomotif di Amerika Serikat

Marco simoncelli crash sepang - malaysia

Sungguh mengejutkan sekaligus mengerikan , baru menempuh 2 laps race moto GP 23 / 10 / 2011 di sirkuit Sepang malaysia terjadi crash yang tragis race yang saat itu 3 grid terdepan di huni trio repsol honda, dan grid 3 & 4 terjadi fight yang seru antara Marco simoncelli dengan Bautista…

namun sungguh tragis di sebuah tikungan pada laps ke 2 simoncelli tergelincir kemudian terlempar menju arah gravel, namun naas dari arah belakang sedang fight anara C erdward dengan Valentino rossi .. terlihat jelas secara slow motion , marco yang terseret ke arah pusat radius corner area , kemudian datang lah c erdward yang sebenarnya sudah melakukan panic brake dan kaget (terlihat motornya berguncang ) sebelum akhirnya tak kuasa lagi tak bisa berbuat apa apa hingga menabrak simoncelli yang posisi jatuhnya memotong racing line erdward & rossi
tabrakan begitu keras hingga ke duanya tersungkur , namun ngeriii simoncelli terseret dan bergesekan langsung dengan aspalt pada bagian muka karena helm nya hingga copot terlempar
rossi pun mendapat impact yang cukup keras pada bagian kiri kaki nya, namun beruntung masih bisa mengendalikan laju Ducati nya
hingga beberapa saat setelah tabrakan simoncelli masih tersungkur di atas aspalt dan tidak bergerak sama sekali ……… dan akhirnya dibawa ke medical center sementara race yang di berhentikan sementara sejak awal akhirnya dibatalkan dan dihentikan mengingat kondisi simoncelli yang dikabarkan cukup parah …… dan pada akhirnya pada pukul 16.55 waktu setempat tim dokter mengabarkan bahwa marco simoncelli meninggal dunia. selamat jalan Super58Sic 'You'll Never Walk Alone'

Rabu, 19 Oktober 2011

MENGAPA SESEORANG MENGAMBIL KEPUTUSAN UNTUK MEMBELI MERK SEPATU ADIDAS


Industri sepatu di Indonesia kini telah tumbuh dan berkembang lagi. Walau sempat mengalami masa surut beberapa tahun belakangan, namun sekarang industri ini telah menunjukkan perbaikan yang signifikan dan cukup menjanjikan di masa yang akan datang. Salah satu indikasinya dapat dilihat dari prediksi sejumlah pelaku usaha tentang permintaan sepatu di dalam negeri akan mencapai 300 juta pasang setiap tahunnya. Hal inilah yang menjadi motivasi para pelaku industri sepatu untuk tetap eksis dan bertahan ketika industri sepatu mengalami penurunan (Handoko, 2006).

Realitas saat ini, sifat dan karakter masyarakat Indonesia senang mengikuti erkembangan gaya / style hidup yang biasa disebut trendy yaitu biasa membeli produk yang termahal, termewah, terbaru dan terpopuler. Begitu juga dengan gaya berpakaian selaras dari atas hingga bawah yang dianggap bisa menarik perhatian. Bahkan tak sedikit yang menata keselarasan hingga aksesorinya.

Dalam hal persepsi, masyarakat Indonesia beranggapan bahwa dengan menggunakan produk buatan luar negeri maka dapat meningkatkan gengsi dirinya. (Sujarwo, 2005).
Di tengah situasi pasar yang tidak menentu setiap pelaku usaha perlu membangun merek perusahaan dengan baik. Saat ini dapat dilihat bahwa Corporate Brand mampu membangun ikatan dengan konsumen melalui value preposition yang jelas dimata konsumen. Suatu perusahaan yang memiliki reputasi yag baik di mata konsumen akan mampu bertahan di pasar dengan lebih baik. Merek perusahaan yang telah dipersepsikan dengan baik dapat menjadi modal bagi suatu perusahaan ketika mengeluarkan produk ke pasar. Tentu saja membangun Corporate Brand yang kuat tidak bisa dilakukan dengan mudah serta dalam waktu yang singkat. Perusahaan harus konsisten memberikan nilai maksimal kepada konsumen, serta terus menerus mengkomunikasikan nilai - nilai merek yang dipegangnya ke pasar secara berkesinambungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik profil sosial ekonomi, demografi, usage dan psikografi responden konsumen sepatu olahraga Adidas, menganalisis pengaruh antara Corporate Brand terhadap Brand Preference, menganalisis pengaruh Self-monitoring pada Corporate Brand terhadap Brand Preference, menganalisis pengaruh Materialism pada Corporate Brand terhadap Brand Preference, merumuskan rekomendasi strategi kepada manajer perusahaan Adidas dan pihak terkait untuk membangun Corporate Brand (Adidas - Salomon AG) sehingga terciptanya preferensi konsumen terhadap sepatu olahraga merek Adidas. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis cluster, analisis CHAID, multiple regression, uji T, uji F.

Berdasarkan penelitian ini dihasilkan bahwa, (1) Profil konsumen mahasiswa sepatu olahraga merek Adidas berdasarkan demografinya adalah mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan kisaran usia antara 21 - 25 tahun, semua responden dalam penelitian ini adalah berstatus belum menikah, dengan tingkat pendidikan adalah S1 (Strata 1) dengan rata - rata pengeluaran per bulan berkisar antara Rp.500.000 - Rp.1.000.000. Profil konsumen mahasiswa berdasarkan perilakunya adalah antara lain: (i) Merek sepatu olahraga yang diketahui adalah umumnya menyebutkan Adidas, Nike, Reebok, Puma, dan Converse, (ii) Merek sepatu olahraga yang disukai adalah Adidas, (iii) Alasan menyukai merek tersebut karena kualitas yang baik, (iv) Membeli sepatu olahraga tiga tahun terakhir adalah sebanyak 3 - 4 kali, (v) Merek sepatu yang biasa dibeli adalah Adidas, (vi) Harga sepatu yang biasa dibeli adalah Rp.300.000 - 600.000, (vii) Alasan membeli sepatu olahraga adalah untuk pemakaian pribadi (jalanjalan dan olahraga), (viii) Alasan memilih merek Adidas karena reputasi merek yang baik, (ix) Tempat membeli sepatu Adidas adalah di dealer resmi (x) Sumber informasi tentang Adidas adalah dari iklan, televisi, surat kabar dan majalah (xi) Kepuasan setelah membeli Adidas adalah memuaskan (xii) Bersedia merekomendasikan merek Adidas kepada orang lain.

Berdasarkan analisis cluster dan CHAID yang mengelompokkan responden berdasarkan kedekatan kesamaan karakteristiknya, diperoleh informasi bahwa responden dapat dikelompokkan menjadi lima segmen. Dan segmen yang paling dominan adalah responden dengan karakteristik yang berpendapat bahwa produk yang mahal pasti berkualitas tinggi, mementingkan manfaat/kegunaan suatu produk daripada merek, dan responden yang membeli sepatu olahraga karena lagi trend dengan sebaran profil sosial ekonomi dan demografinya yaitu pada umumnya mahasiswa pria dengan usia 21 - 25 tahun dengan status belum dengan menikah tingkat pendidikan S1 dengan rata - rata pengeluaran antara Rp.1.000.000 - Rp.2.000.000 per bulan. Hasil Uji multiple regression menunjukkan bahwa Corporate Brand Adidas memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Brand Preference, dan hubungan ini diperantarai secara negatif oleh Self - monitoring dan Materialism, yang berarti Corporate Brand Adidas lebih banyak memberikan pengaruh daripada Self - monitoring dan Materialism terhadap Brand Preference. Dari sudut pandang manajerial terlihat bahwa akan lebih menjanjikan apabila dibangun strategi Corporate Brand pada value akhir, karena hasil menunjukkan dampak penting dan sangat kuat dari Corporate Brand Value Attractiveness.

Berdasarkan teori, Value - based Branding dapat dikembangkan dalam berbagai kategori produk dan pelayanan. Oleh sebab itu akan sangat menarik apabila penelitian ini dikembangkan lebih lanjut pada berbagai kategori produk dan pelayanan lainnya. Karena keterbatasan waktu, penulis merasa hal ini dapat dilakukan pada penelitian - penelitian selanjutnya. Penelitian ini hanya mengambil sampel di Universitas Indonesia Depok. Diharapkan pada penelitian berikutnya wilayah yang dijadikan lokasi penelitian dapat lebih diperluas sehingga sample penelitian lebih mewakili konsumen sepatu olahraga merek Adidas secara keseluruhan dan hasil yang didapat juga akan lebih akurat.